Senin, 31 Oktober 2011

ASKEP KLIEN PASCA BENCANA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PASCA BENCANA
  1. PENGKAJIAN
  1. UMUM
Ø  Nama
Ø  Usia
Ø  Jenis Kelamin
Ø  Alamat
Ø  Status
Ø  Pekerjaan
Ø  Agama
  1. KHUSUS
  1.  Data Subjektif
Ø  Menceritakan kejadian / periatiwa yang traumatis
Ø  Merasa marah atau gusar
Ø  Teringat kembali peristiwa bencana yang dialaminya
Ø  Merasa tidak berguna
Ø  Menyatakan takut
Ø  Menyatakan was-was
Ø  Merasakan fikiran terganngu
Ø  Tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali dengan menceritakannya lagi
Ø  Mengingkari peristiwa trauma
Ø  Merasa malu
Ø  Merasa jantung berdebar-debar

b.      Data Objektif
Ø Mengasingkan diri
Ø Menangis
Ø Marah
Ø Gelisah
Ø Menghindar
Ø Mengasingkan diri
Ø Depresi
Ø Sulit berkomunikasi
Ø Keadaan mood terganggu
Ø Sesak didada
Ø Lemah
(Keliat,B.A.Dkk.2006.Manajemen Kasus Gangguan Jiwa Dalam Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Modul IC CMHN.FIKUI. Jakarta)

3.       FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan :
v Genetik
Individu yang dilahirkan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan sikapoptimis dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.
v Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup teratur,cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang mengalami gangguan fisik
v Kessehatan mental / jiwa
Individu yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimistik dan dibayangi dengan masa depan yang suram, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
v Pengalaman kehilangan dimassa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna dimasa kanak-kanak akan mempengaruhi individu dalam menghadapi kehilangan dimasa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
(Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)


4.       FAKTOR PRESIPITASI
Stress yang nyata seperti kehilangan yang bersifat Bio-Psiko-Sosial antara lain kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi sseksualitas, kehilangan keluarga dan harta benda.
Individu yang kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau tidak mampu menangis , marah, putus asa, kadang ada tanda upaya bunuh diri atau melukai orang lain yang akhirnya membawa pasien dalam keadaan depresi.
(Suliswati.2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.Jakarta)

5.       SPIRITUAL
·      Keyakinan terhadap Tuhan YME
·      Kehadiran ditempat Ibadah
·      Pentingna Agama dalam kehidupan pasien
·      Kepercayaan akan kehidupan setelah kematian
 (Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)


6.       ORANG-ORANG TERDEKAT
·      Status perkawinan
·      Siapa orang terdekat
·      Anak-anak
·      Kebiasaan pasien dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya
·      Bagaimana pengaruh orang-orang terdekat terhadap penyakit atau masalah
·      Proses interaksi apakah yang terdapat dalam keluarga
Gaya hidup keluarga, misal: Diet, mengikuti pengajian
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)


7.       SOSIOEKONOMI
·      Pekerjaan: keuangan
·      Faktor-faktor lingkungan: rumah,pekeerjaan dan rekreasi
·      Penerimaan sosial terhadap penyakit / kondisi, misal : PMS,HIV,Obesitas,dll
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)


8.       KULTURAL
·      Latar belakang etnis
·      Tingkah laku mengusahakan kesehatan, rujuk penyakit
·      Faktor-faktor kultural yang dihubngkan dengan penyakit secara umum dan respon terhadap rasa sakit
·      Kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)

B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Berduka berhubungan dengan Aktual atau perasaan kehilangan ditandai dengan Penolakan terhadap kehilangan,menangis, menghindar,marah
2.       Cemas berhubungan dengan perubahan status lingkungan (bencana alam) ditandai dengan merasakan jantung berdebar-debar, sulit berkonsentrasi, gelisah
3.       Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kehilangan  (keluarga dan harta benda) ditandai dengan mengekpresikan rasa tidak berdaya dan tidak berguna,depresi,menghindar.
4.       Resiko distress spiritual dengan faktor resiko perubahan lingkungan bencana alam.

C.      INTERVENSI KEPERAWATAN
Dengan diagnosa keperawatan pertama:
Berduka berhubungan dengan aktual atau perasaan kehilangan ditandai dengan penolakan terhadap kehilangan,menangis, menghindar, marah.

a.       Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 kali pertemuan diharapkan  individu  mengalami proses  berduka secara normal,melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap dan menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan yang nyata dan harus dilalui, dengan kriteria hasil:
1.       Individu mampu mengungkapkan perasaan duka.
2.       Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai
3.       Membina hubungan baru yang bermakna dengan objek atau orang yang baru.
 (Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)


b.      Intervensi Keperawatan
MANDIRI
1.       Bina dan jalin hubungan saling percaya.
2.       Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
3.       Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka.
4.       Beri dukungan terhadap respon kehilangan pasien
5.       Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga.
6.       Identifikasi tingkat rasa duka pada fase berikut:
a.       Fase pengingkaran
-          Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
-          Menunjukkan sikap menerima,ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi rasa.
-          Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.
b.      Fase marah
-          Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c.       Fase tawar menawar
-          Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah ddan perasaan takutnya.
d.      Fase depresi
-          Mengidentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien
-          Membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e.      Fase penerimaan
-          Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan.
(Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)

KOLABORASI
Rujuk pada sumber-sumber lainnya,misalnya : Konseling,psikoteraphy.
                  (Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)


4.         IMPLEMENTASI
a.       Membina hubungan saling percaya dengan pasien:
-            Memperkenalkan  diri
-            Membuat kontrak waktu dengan pasien
-            Menjelaskan bahwa perawat akan membantu pasien dan akan menjaga kerahasiaan informasi tentang pasien.
b.      Mendiskusikan dengan pasien peristiwa yang pernah di alami dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya.
c.       Menemukan kemungkinan faktor penghambat proses berduka dan membantu mengurangi nya.
d.      Memberikan penghargaan setelah pasien menceritakan dan merespon situasi kehilangan dengan membesarkan













Kamis, 06 Oktober 2011

MANDALAWANGI - PANGRANGO



Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

"hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya "tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
'terimalah dan hadapilah

dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu

aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup

Jakarta 19-7-1966


Sebuah Tanya

Akhirnya semua akan tiba pada pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku.

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, kenbah Mandalawangi.
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
Apakah kau masih membelaiku selembut dahulu
ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra,
lebih dekat.
(lampu-lampu berkedipan di Jakarta yang sepi
kota kita berdua, yang tau dan terlena dalam mimpinya
kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
apakah kau masih akan berkata
kudengar derap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
(haripun menjadi malam kulihat semuanya menjadi muram
wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
dalam bahasa yang tidak kita mengerti
seperti kabut pagi itu)
manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan
dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.
Soe Hok Gie
Selasa, 1 April 1969