Kamis, 02 Februari 2012

Asuhan Keperawatan Anak (diare)


Kasus Diare
    Seorang anak laki-laki berusia 10 bulan baru saja masuk dirawat di Bangsal Anak RS. Hasil anamnesis, orang tua anak mengatakan bahwa ia menderita demam, mencret-mencret mulai 2 hari yang lalu dengan frekuensi 8 kali dalam sehari, sulit disuruh makan dan minum. Keluarga mengatakan bahwa baru sekali ini anggota keluarga mereka dirawat di RS. Orang tua mengatakan bahwa mereka khawatir memikirkan kondisi anaknya.
    Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum: Sadar penuh (compos mentis), anak rewel, matanya cekung. Hasil pemeriksaan lain menunjukkan BB= 8,5kg, PB= 70cm. Suhu= 38,00C, Nadi 92kali/menit, Respirasi= 24kali/menit, Tekanan darah= 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali lambat. Kulit kering, membran mukosa kering. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : Haemoglobin: 12,2 gr/dl, Haematokrit: 35%, Eritrosit: 4,0(x106/µL), trombosit : 210.000/mm3, leukosit : 9500/µL, tidak ada darah dalam feses.
    Diagnosis medis : gastroenteritis akut. Terapi / instrusi medis yang diberikan saat ini: injeksi intravena ampicillin 3x200mg, cairan intravena Ringer Lactat 1000ml/24jam.

A.    Pengkajian (Data Fokus)
DO :
-    BB: 8,5 kg                LAB:
-    PB: 70cm                    - HB: 12,2 gr/dl
-    Suhu: 38,00C                    - Ht: 35%
-    Nadi: 92kali/menit                - Eritrosit: 4,0 (x106/µL)
-    RR: 24kali/menit                - Trombosit: 210.000/mm3
-    Turgor kulit kembali lambat            - Leukosit: 9500/µL
-    Kulit kering                    - Tidak ada darah dalam feses
-    Membrane mukosa kering
-    Anak rewel
-    Mata cekung
-    Compos mentis
DS:
•    Demam
•    Mencret 2 hari dengan frekuensi 8kali sehari.
•    Sulit disuruh makan dan minum.
•    Baru sekali ini anggota keluarga mereka dirawat di RS.
•    Orang tua mengatakan khawatir.

B.    Analisis Data
Data                                                                   
DO:
-    Suhu: 38,00C
-    Anak rewel
-    Mata cekung
-    Turgor kulit kembali lambat
-    Kulit kering
-    Membrane mukosa kering
DS:
•    Demam
•    Mencret 2 hari dengan frekuensi 8kali sehari.    
Etiologi  :: Diare
Problem   :: Kekurangan volume cairan.

DO:
-    Suhu: 38,00C   
-    Anak rewel
DS:
-    demam    
Etiologi :: Proses infeksi   
Problem :: Hipertermi
DS:
•    Mencret 2 hari dengan frekuensi 8kali sehari.
•    Sulit disuruh makan dan minum.
    Tidak nafsu makan    Gangguan keseimbangan nutrisi
DS:
•    Baru sekali ini anggota keluarga mereka dirawat di RS.
•    Orang tua mengatakan khawatir.
 Etiologi::  Proses hospitalisasi   
Problem:: Perubahan proses keluarga.

C.    Diagnosa Keperawatan
1.    Kekurangan volume cairan b.d diare.
2.    Hipertermi b.d proses infeksi.
3.    Gangguan keseimbangan nutrisi b.d tidak nafsu makan.
4.    Perubahan proses keluarga b.d proses hospitalisasi.



D.    Tujuan dan Intervensi
a.    Kekurangan volume cairan b.d diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam, kekurangan volume cairan dapat diatasi, ditujukan dengan keseimbangan elektrolit dan cairan dengan indicator:
  • Turgor kulit skala 4.
  • Kelembapan membrane mukosa skala 4.
  • Kecekungan mata ringan, skala 4
  • Keseimbangan intake dan output skala 5.
  • Anak tidak rewel, skala 3.
Intervensi
(Fluid/ Electrolyte Management) 
a.    Berikan cairan yang tepat.
b.    Catat dengan akurat intake dan output.
c.    Monitor TTV.
d.    Monitor manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit.
e.    Tingkatkan masukan cairan.
f.    Monitor kehilangan cairan.
g.    Atur kecepatan aliran IV. (13-14tts/menit)
h.    Monitor efeksamping dari penambahan elektrolit.
i.    Monitor tanda dan gejala retensi cairan.
j.    Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diresepkan.
k.    Pertahankan tetesan elektrolit yang sesuai.
l.    Kaji membrane mulut dan kulit pada perubahan cairan dan elektrolit.
m.    Konsultasi dokter jika ada tanda gejala keseimbangan elektrolit memburuk.
n.    Berikan suplemen tambahan sesuai resep.
b.    Hipertermi b.d proses infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam pasien akan menunjukan termoregulasi dengan indicator :
  • Peningkatan suhu kulit, skala 4.
  • Hipertermi, skala 4
  • Perubahan warna kulit, skala 5.
Intervensi  
a.    Monitor temperature tiap 2 jam.
b.    Monitor warna kulit dan temperature.
c.    Monitor dan laporkan tanda hipertermi.
d.    Tingkatkan masukan cairan dan nutrisi adekuat.
e.    Ajarkan indikasi hipertermi dan perawatan kegawatan yang tepat.(kepada keluarga)
f.    Diskusikan pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative.(kepada keluarga)
g.    Kolaborasi : Berikan obat antipiretik (Parasetamol sirup)

E.    Managemen Terapi Anak Diare
Tujuannya:
  •  Mengkaji keseimbangan cairan elektrolit.
  • Rehidrasi.
  • Mengontrol terapi cairan.
  • Memberikan informasi tentang diet yang adekuat.
Pada anak yang mengalami diare akut, berikan perawatan pertama dengan terapi rehidrasi oral/ Oral Rehidration Therapy (ORT). Untuk kasus dehidrasi berat dan shock berikan cairan parenteral secepatnya. ORT lebih efektif dan aman, tidak menyakitkan dan murah daripada rehidrasi intravena.
        Bayi tanpa tanda-tanda klinis dehidrasi tidak perlu ORT. Walaupun begitu bayi harus tetap menerima cairan yang direkomendasikan pada saat diare.
Hal yang Harus Diketahui Orang Tua Saat Anak Diare (usia 10bulan)
  •  Lanjutkan minum  ASI atau susu formula dan diet sesuai usia.
  • Sediakan cairan menggunakan infalyte, pedialyte dan rehydralyte.
  • Bila diare masih terjadi/ lebih parah/ tidak berkurang selama tiga hari, beri bayi susu kedelai ( Isomil, Prosobee) daripada susu sapi. Susu kedelai dilanjutkan sampai diare hilang, hingga 3hari kemudian. Bila anak alergi laktosa beri susu kedelai.
  • Berikan makanan lumat, missal buah diblender (saus apel, pisang, wortel).
  • Cermati tanda dehidrasi dan laporkan secepatnya pada petugas kesehatan.
Panggil dokter atau pergi ke pelayanan kesehatan jika:
  •  Anak tidak buang air kecil lebih dari 6jam.
  • Menangis tanpa airmata, mulut kering.
  • Ubun-ubun cekung.
  • Perubahan status mental.
  • Ada darah dalam feses atau diare menjadi parah.
  • Demam lebih dari 1010F.Diare ringan lebih dari 1 minggu.

Daftar Pustaka

Bulechek, Gloria M dkk.2008.Nursing Interventions Classification (NIC) fifth edition.USA: Mosby Elsevier
Echols, John M and Shadily, Hasan.1996.Kamus Inggris Indonesia.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hockenberry,Wilson.2007.Wong’s Nursing Care of Infants and Children.St.Louis: Mosby Elsevier
James, Susan Rowen and Ashwill,Jean.2007.Nursing Care of Children.Canada: Saunders Elsevier
Moorhead,Sue dkk.2008.Nursing Outcomes Classification (NOC) fourth edition.USA: Mosby Elsevier
Nanda.2009.Nursing Diagnoses Definitions and Classification 2009-2010.USA:Willey-Blackwell

Rabu, 07 Desember 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS


 ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS
STUDI  KASUS

Ny. Yenik usia 27 th, ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMU, Hamil 2 bulan, Datang ke RS mengeluh sedikit pusing, keluar cairan darah dari vagina sejak 3 hari yang lalu. 2 hari yang lalu darah bergumpal terasa keluar lebih banyak.Dihari ke-3 ini darah sedikit keluar. Ia dan suami Tn. Doni (28 Th) mengaku takut dan khawatir dengan kondisi ibu dan janin yang dikandungnya,karena itu mereka tidak mau membawa ke RS. Bu Yenik hanya baring ditempat tidur.Ibu tampak manahan nyeri.Dianjurkan oleh dokter untukRawat inap. Dari pemeriksaan didapatkan:

  1. PENGKAJIAN
A.    IDENTITAS

NAMA                           :           Ny. Yenik
UMUR                           :            27 tahun
PENDIDIKAN             :           SMU
PEKERJAAN                :           Ibu Rumah Tangga
AGAMA                        :           Islam
NAMA SUAMI                        :           Tn. Doni
UMUR                           :           28 tahun
PENDIDIKAN             :           SMU        
PEKERJAAN                :           Tukang batu
AGAMA                        :           Islam
ALAMAT                      :           Jln. Mastrip gang 3 Mojoroto
MRS                               :           Tgl. 18-10-2009
PUKUL                         :           09.30 WIB

DO:
KU                                                         :           Baik
Kesadaran                                              :           Composmentis      
Tensi                                                       :           100/70 mmHg       Nadi :96 x/menit
Temperatur axiler                                   :           36,4 o C
Anemis                                                   :           -
Os tampak sedikit pucat dan menahan nyeri.
VT (Vagina toucher)                              :           Tidak terdapat pembukaan
           Penunjang
-       Hb darah : 11,7 g/dl
-       HCT : 36,0 %
-       WBC 13,3 g/dl
-        USG: Dari hasil USG, terdapat sisa hasil konsepsi.

DS:
-       Klien mengatakan sedikit pusing. Pada hari yang lalu banyak keuar darah yang menggumpal.
-       Klien mengaku takut dan khawatir dengan kondisinya dan janin dalam kandungannya.

DIAGNOSA medis

         Abortus inkomplit

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah yang berlebih ditandai dengan keluar darah pervaginam, TD menurun : 100/70 mmHg.
b.      Perfusi jaringan tidak efektif (perifer) berhubungan dengan Hipovolemia ditandai dengan penurunan TD (100/70 mmHg), pucat.
c.       Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus.
d.      Takut berhubungan dengan  ancaman kematian pada diri sendiri dan janin.
e.       Resiko  infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi.
  1. INTERVENSI KEPERAWATAN.
DIAGNOSA:  Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah yang berlebih ditandai dengan keluar darah pervaginam, TD menurun : 100/70 mmHg.
TUJUAN: Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi. Dengan criteria hasil:
a.       TTV :
-          TD: 120/80 mmHg
-          ND: 86 x/menit
-          SH: 36,5 C
-          RR: 20 x/menit
b.      Pasien tampak cerah dan tidak pucat
c.       Darah pervaginam berhenti.


RENCANA INTERVENSI
RASIONAL
  1. Evaluasi, laporkan dan catat jumlah, sifat kehilangan darah, lakukan perhitungan pembalut dan timmbang pembalut.
Perkirakan kehilangan darah membantu membedakan diagnosis. Tiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira2 1 ml darah.
2.      Lakukan tirah baring. Instruksikan ibu untuk menghindari valsava maneuver dan coitus.
Perdarahan dapat berhenti dengan bedrest. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme dapat merangsang perdarahan.
  1. Posisikan ibu dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan.
Menjamin keadekuatan darah  ke otak, peninggian panggul menghindarri kompresi vena vaya.
  1. Pantau aktivitas uterus,status janin dan adanya nyeri tekan pada abdomen.
Membantu menenntukan sifat hemoragi dan kemungkinan akibat dari peristiwa hemoragi.
  1. Hindari pemeriksaan rectal atau vagina.
Dapat meningkatkan hemoragi.

  1. Pantau masukan/keluaran cairan. Dapatkan sampel urin setiap jam, ukur berat jenis.
Menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukkan perfusi ginjal.
  1. Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar.
Dokter perlu mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan,pemeriksaan histology mungkin perlu dilakukan.
KOLABORASI


8.      Pasang kateter.
Haluaran kurang dari 30 ml/jam menandakan penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran yang tepat ditentukan oleh derajat deficit individual dan kecepatan penggantian.
9.      Berikan lrutan intra vena. Rl dan D 5% .1 : 1, 20 gtt/menit.
Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala2 syok.

  1. EVALUASI
-           Pasien mengatakan sudah tidak pusing lagi.
O:
-          TTV kembali normal
TD: 110/80 mmHg
ND: 86 x/menit
SH: 36,5 C
RR: 20 x/menit
-          Darah pervaginam masih sedikit.
-          Wajah pasien sudah terlihat merona merah, tidak pucat lagi.
Assesment:
-          Tujuan tercapai sebagian : TD: 110/80 mmHg dan sedikit perdarahan pervaginam.
Planning:
-          . Lanjutkan intervensi kolaborasi pemberian cairan IV, penambahan intake nutrisi dan tindakan penghentian perdarahan (curettage).

Senin, 31 Oktober 2011

ASKEP KLIEN PASCA BENCANA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PASCA BENCANA
  1. PENGKAJIAN
  1. UMUM
Ø  Nama
Ø  Usia
Ø  Jenis Kelamin
Ø  Alamat
Ø  Status
Ø  Pekerjaan
Ø  Agama
  1. KHUSUS
  1.  Data Subjektif
Ø  Menceritakan kejadian / periatiwa yang traumatis
Ø  Merasa marah atau gusar
Ø  Teringat kembali peristiwa bencana yang dialaminya
Ø  Merasa tidak berguna
Ø  Menyatakan takut
Ø  Menyatakan was-was
Ø  Merasakan fikiran terganngu
Ø  Tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali dengan menceritakannya lagi
Ø  Mengingkari peristiwa trauma
Ø  Merasa malu
Ø  Merasa jantung berdebar-debar

b.      Data Objektif
Ø Mengasingkan diri
Ø Menangis
Ø Marah
Ø Gelisah
Ø Menghindar
Ø Mengasingkan diri
Ø Depresi
Ø Sulit berkomunikasi
Ø Keadaan mood terganggu
Ø Sesak didada
Ø Lemah
(Keliat,B.A.Dkk.2006.Manajemen Kasus Gangguan Jiwa Dalam Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Modul IC CMHN.FIKUI. Jakarta)

3.       FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan :
v Genetik
Individu yang dilahirkan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan sikapoptimis dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.
v Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup teratur,cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang mengalami gangguan fisik
v Kessehatan mental / jiwa
Individu yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimistik dan dibayangi dengan masa depan yang suram, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
v Pengalaman kehilangan dimassa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna dimasa kanak-kanak akan mempengaruhi individu dalam menghadapi kehilangan dimasa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
(Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)


4.       FAKTOR PRESIPITASI
Stress yang nyata seperti kehilangan yang bersifat Bio-Psiko-Sosial antara lain kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi sseksualitas, kehilangan keluarga dan harta benda.
Individu yang kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau tidak mampu menangis , marah, putus asa, kadang ada tanda upaya bunuh diri atau melukai orang lain yang akhirnya membawa pasien dalam keadaan depresi.
(Suliswati.2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.Jakarta)

5.       SPIRITUAL
·      Keyakinan terhadap Tuhan YME
·      Kehadiran ditempat Ibadah
·      Pentingna Agama dalam kehidupan pasien
·      Kepercayaan akan kehidupan setelah kematian
 (Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)


6.       ORANG-ORANG TERDEKAT
·      Status perkawinan
·      Siapa orang terdekat
·      Anak-anak
·      Kebiasaan pasien dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya
·      Bagaimana pengaruh orang-orang terdekat terhadap penyakit atau masalah
·      Proses interaksi apakah yang terdapat dalam keluarga
Gaya hidup keluarga, misal: Diet, mengikuti pengajian
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)


7.       SOSIOEKONOMI
·      Pekerjaan: keuangan
·      Faktor-faktor lingkungan: rumah,pekeerjaan dan rekreasi
·      Penerimaan sosial terhadap penyakit / kondisi, misal : PMS,HIV,Obesitas,dll
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)


8.       KULTURAL
·      Latar belakang etnis
·      Tingkah laku mengusahakan kesehatan, rujuk penyakit
·      Faktor-faktor kultural yang dihubngkan dengan penyakit secara umum dan respon terhadap rasa sakit
·      Kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)

B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Berduka berhubungan dengan Aktual atau perasaan kehilangan ditandai dengan Penolakan terhadap kehilangan,menangis, menghindar,marah
2.       Cemas berhubungan dengan perubahan status lingkungan (bencana alam) ditandai dengan merasakan jantung berdebar-debar, sulit berkonsentrasi, gelisah
3.       Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kehilangan  (keluarga dan harta benda) ditandai dengan mengekpresikan rasa tidak berdaya dan tidak berguna,depresi,menghindar.
4.       Resiko distress spiritual dengan faktor resiko perubahan lingkungan bencana alam.

C.      INTERVENSI KEPERAWATAN
Dengan diagnosa keperawatan pertama:
Berduka berhubungan dengan aktual atau perasaan kehilangan ditandai dengan penolakan terhadap kehilangan,menangis, menghindar, marah.

a.       Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 kali pertemuan diharapkan  individu  mengalami proses  berduka secara normal,melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap dan menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan yang nyata dan harus dilalui, dengan kriteria hasil:
1.       Individu mampu mengungkapkan perasaan duka.
2.       Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai
3.       Membina hubungan baru yang bermakna dengan objek atau orang yang baru.
 (Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)


b.      Intervensi Keperawatan
MANDIRI
1.       Bina dan jalin hubungan saling percaya.
2.       Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
3.       Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka.
4.       Beri dukungan terhadap respon kehilangan pasien
5.       Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga.
6.       Identifikasi tingkat rasa duka pada fase berikut:
a.       Fase pengingkaran
-          Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
-          Menunjukkan sikap menerima,ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi rasa.
-          Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.
b.      Fase marah
-          Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c.       Fase tawar menawar
-          Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah ddan perasaan takutnya.
d.      Fase depresi
-          Mengidentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien
-          Membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e.      Fase penerimaan
-          Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan.
(Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)

KOLABORASI
Rujuk pada sumber-sumber lainnya,misalnya : Konseling,psikoteraphy.
                  (Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)


4.         IMPLEMENTASI
a.       Membina hubungan saling percaya dengan pasien:
-            Memperkenalkan  diri
-            Membuat kontrak waktu dengan pasien
-            Menjelaskan bahwa perawat akan membantu pasien dan akan menjaga kerahasiaan informasi tentang pasien.
b.      Mendiskusikan dengan pasien peristiwa yang pernah di alami dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya.
c.       Menemukan kemungkinan faktor penghambat proses berduka dan membantu mengurangi nya.
d.      Memberikan penghargaan setelah pasien menceritakan dan merespon situasi kehilangan dengan membesarkan